• Jelajahi

    Copyright © indik.id
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Pers Harus Mengedepankan Kemanusiaan di Tengah Disrupsi Teknologi

    www.indik.id
    12/24/2025, 12:06 WIB Last Updated 2025-12-24T05:08:32Z

    INDIK.ID, JAKARTA — Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Akhmad Munir, menegaskan bahwa pers Indonesia harus tetap berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan dan etika jurnalistik di tengah gempuran disrupsi teknologi, dominasi algoritma, serta pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI).


    Hal tersebut disampaikan Munir dalam diskusi Kaleidoskop Media Massa 2025 yang digelar di Hall Dewan Pers, Jakarta, Selasa (23/12). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Pra Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari 2026 dan terselenggara atas kolaborasi PWI Pusat, Panitia HPN, serta Akbar Faisal Uncensored. Acara tersebut juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Akbar Faisal Uncensored.


    Munir menyebutkan, tahun 2025 menjadi momentum refleksi bagi insan pers untuk kembali mempertanyakan peran media sebagai pilar keempat demokrasi.


    Menurutnya, pers saat ini menghadapi tantangan serius, mulai dari keberlanjutan industri media, integritas profesi, hingga tekanan transformasi digital.


    “Sepanjang 2025, kehidupan pers benar-benar diuji. Kita diuji dalam mengelola perusahaan pers yang sehat, menjaga independensi, menegakkan kredibilitas, sekaligus tetap setia pada kepentingan publik,” ujar Munir.


    Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara itu juga menyampaikan duka mendalam atas bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera. 


    Ia menegaskan bahwa peristiwa bencana menjadi pengingat pentingnya pemberitaan pers yang mengedepankan nilai kemanusiaan dan solidaritas sosial.


    “Kehadiran pers di tengah bencana bukan sekadar soal kecepatan. Pers harus membantu masyarakat tetap berpikir jernih di tengah ketidakpastian, kepanikan, dan kecemasan melalui informasi yang akurat, terverifikasi, dan berimbang,” katanya.


    Munir menekankan bahwa pemberitaan bencana pada hakikatnya adalah pemberitaan tentang manusia. Oleh karena itu, liputan kebencanaan tidak boleh direduksi hanya menjadi angka korban, kerusakan infrastruktur, atau visual dramatis semata.


    “Di balik setiap bencana ada manusia yang terluka, kehilangan, dan mengalami trauma. Etika jurnalistik harus menjadi fondasi utama dalam setiap peliputan,” tegasnya.(rls/hs).

    Terkini