• Jelajahi

    Copyright © indik.id
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Melalui Workshop Susur Sungai Diharapkan Remaja mencintai Alam

    www.indik.id
    6/25/2025, 10:12 WIB Last Updated 2025-06-25T03:12:38Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

    INDIK.ID, BOJONGKULUR -  Di pagi yang cerah tampak sekelompok remaja  menguak keheningan. Ibarat air sungai, mereka mengalir menuju satu tempat di salah satu kawasan di perumahan Vila Nusa Indah (VNI) 3, Desa Bojongkulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (22/6/2025).


    "Chesta, mau ke mana," sapa seorang remaja putri kepada Chesta, tetangga dekat rumah. "Mau ikut susur sungai," jawab Chesta ringkas seraya bergegas memanjangkan langkahnya. 


    Chesta agaknya khawatir bila ia terlambat tiba di lokasi yang dituju. Berjalan kaki, itu yang dilakukan, karena lokasi tujuan hanya seujung lemparan batu. Di tengah jalan, ia berpapasan dengan seorang rekan. "Mau ke mana, Dika," sapa Chesta lembut. Handika yang disapa tersenyum, membuang jawab sekedarnya. "Ke sungai."


    Kedua remaja belasan tahun itu ternyata memiliki tujuan sama. Sama-sama berkunjung ke sungai. Kali ini sungai yang dituju tak lain adalah Sub DAS Cikeas. Sebuah daerah aliran sungai yang melintang  melintasi sisi luar  perumahan VNI 3 dan Kota Bekasi di sisi seberangnya. 


    Jam menunjukan pukul 08.00 WIB ketika Chesta dan Handika tiba di lokasi. Di situ sudah berhimpun sekumpulan remaja seusia mereka. Kisaran usia mereka sepantaran siswa SMP dan SMA. Adakah sesuatu yang menarik?


    Ternyata hari itu Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) punya gawe besar. Sebuah workshop dibentangkan dengan mengundang 100 remaja putra dan putri sebagai peserta. Bukan sekadar hadir lantaran workshop digelar tepat di bibir sungai Cikeas. Chesta dan Handika justru terusik dengan tema-tema paper yang dibawakan para pembicara, yang katanya, menggelitik untuk didengar. 


    Setidaknya KP2C menghadirkan empat pembicara dalam Workshop bertitle "Mengenal Ekosistem Sungai Cikeas dan Susur Sungai", di mana satu di antaranya tampil bersama tim. 


    Menarik karena materi yang dibawakan sangat langka bagi masyarakat awam. Di antaranya tentang "Parameter Dasar Kualitas Air Sungai dan Praktek Pengukurannya". Disajikan oleh tim Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi.


    Indikasi adanya dugaan  air sungai Cileungsi-Cikeas kerap tercemar, ditandai dengan bau tak sedap dan menghitamnya air sungai,  menjadi bahan bahasan yang cukup menarik dan setengah dikuliti oleh remaja yang hadir. "Untuk memastikan tercemar atau tidak, harus melalui pengecekan di laboratorium," ujar pembicara dari DLH Kota Bekasi, seraya "mempertontonkan" lakmus pH, alat ukur tingkat keasaman atau kebasaan air sungai. 


    Mengenal Sungai Cileungsi-Cikeas 


    Jawaban singkat itu memang berhasil memupuskan keingintahuan lebih jauh dari remaja. Puarman selaku Ketua KP2C yang bertindak sebagai pembicara dalam workshop tersebut angkat bicara terkait Sungai Cikeas. Cukup menarik karena bahasannya tentang "Mengenal Sungai Cileungsi Cikeas dan Sistem Peringatan Dini KP2C".


    Sungai Cikeas memang tidak begitu berpotensi menimbulkan banjir jika Tinggi Muka Air (TMA) Sungai Cileungsi normal. Karena luas bentangannya separuh dari Sungai Cileungsi yang meluas di angka  26.000 m2 . Namun, namanya sungai, Cikeas tetap berkontribusi terhadap banjir jika TMA Cikeas dalam Siaga 1. 


    Sambil sedikit menyunggingkan senyum, Puarman meluruskan satu anggapan di tengah masyarakat, bahwa kalau hulu Sungai Ciliwung meninggi akan berimbas ke wilayah Bekasi. "Itu tidak benar karena hulu Sungai Cileungsi-Cikeas dan hulu Sungai Ciliwung yang menuju Jakarta berbeda." Dengan penuh penekanan Puarman menandaskan hal itu.


    Adalah benar begitu. Sebab hulu Sungai Cikeas berada  di Gunung Geulis dan hulu Sungai Cileungsi adanya di Gunung Pancar. Sementara hulu Sungai Ciliwung lokasinya berbeda meski sama sama berada di Kabupaten Bogor.   


    Paparan Puarman membuat sebagian besar remaja yang hadir lega. Lega bertambah ketika mereka mengetahui bahwa potensi banjir  bisa diketahui enam jam sebelum luapan air dari hulu sungai tiba di pemukiman mereka. 


    Berkat early warning system yang dibangun KP2C, hingga saat ini warga terdampak banjir baik-baik saja. Korban jiwa karena banjir, berkat lindungan Allah, tidak terjadi. "KP2C punya tujuh CCTV yang diletakkan di titik-titik tertentu di sepanjang kedua sungai. Kami bisa memantau TMA kedua sungai setiap waktu selama 24 jam. Informasi ini kami share ke member KP2C melalui WAG dan IG dan diketahui oleh 32.000 member," papar Puarman. 


    Kehadiran Hariyanto, praktis lingkungan yang juga bergabung dengan  KP2C, dan menjadi pembicara berikutnya, memberikan tambahan pengetahuan bagi para remaja. Betapa tidak, materi paparan yang diangkat, meski terdengar  rada teknis, namun cukup menarik, tentang "Pengenalan Ekosistem Sungai Cikeas dan Mitigasi Bencana".


    Susur Sungai


    Yang ditunggu pun tiba. Susur Sungai Cikeas. Sebagian remaja peserta workshop antusias mengikuti kegiatan menantang ini. Mereka semakin tertarik dan menjadi berani ketika pengurus KP2C, Rudini, yang juga tampil sebagai pembicara, dalam paparannya memberikan "jaminan" kepada peserta bahwa "Susur Sungai Cikeas Aman". 


    Mendengar kata "aman", berbondong-bondong para peserta mendaftar diri untuk ikut susur sungai. Bahkan beberapa orangtua yang menyertai anaknya tertarik pula. Panitia telah menyiapkan sepuluh perahu karet untuk membangkitkan rasa cinta sungai di kalangan remaja peserta workshop saat mereka susur sungai. Membangkitkan kecintaan itu ditandai juga dengan gerakan bebersih sungai dari sampah saat mereka melakukan susur sungai. 


    "Untung saya hadir. Karena banyak informasi baru yang saya dapatkan dari workshop dan susur sungai ini," bisik Chesta kepada Handika yang sejak awal acara duduk berdekatan. 


    Kecintaan terhadap sungai sejatinya harus mulai dikenalkan sejak usia dini. Niscaya sungai-sungai di Indonesia akan kembali pulih dari sakitnya, dan bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata yang menarik. Pengenalan itu kapan lagi kalau tidak dimulai dari sekarang. (SCY/HS).

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini